REVISI MAKALAH : Penyakit Hati dan Obatnya
PENYAKIT HATI DAN OBATNYA
MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf
Yang diampu oleh Bapak Moch. Cholid Wardi, M.Hi
Oleh:
Alfina Nurul Isnayni
Indahyani
Melda Indah Sari
Raudlatul Jannah
Tutik Kurniati
Zulfa Isdada
PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN
EKONOMI BISNIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN
TAHUN AKADEMIK 2017
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji
Allah yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua. Sehingga,
dengan bentuk kasih sayang-Nya kita masih dapat menghirup udara yakni nafas dan
masih dapat melakukan aktifotas sebagai mana mestinya.
Shalawat beserta salam
masih tercurah limpahkan keharibaan Nabi besarNabi Muhammad SAW. Yang mana
beliau telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang
bendrang seperti yang dapat kita rasakan pada saat ini.
Selanjutnya kami
ucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak.
Moch. Cholid Wardi, M.HI sebagai Dosen
Akhlak Tasawuf.
2.
Kedua
orang tua saya yang senatiasa mendukung saya dalam segala hal positif yang saya
lakukan.
3.
Teman-teman
yang juga ikut berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan tugas makalah ini.
Semoga makalah dan keterangan didalamnya
dapat memberikan manfaat dan membawa berkah
kepada kita semua.
Pamekasan,22-September-
2017
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL.....................................................................................................
|
1
|
|
KATA PENGANTAR
................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
|
2
3
|
|
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan
masalah.............................................................................
C. Tujuan
masalah................................................................................
|
4
4
4
|
|
BAB II
PEMBAHASAN...........................................................................
A. Pengertian penyakit
hati..................................................................
B. Macam- macam penyakit hati........................................................
C. Obat penyakit
hati...........................................................................
|
5
5
7
|
|
BAB III
PENUTUP....................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran...............................................................................................
|
11
11
|
|
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
|
12
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat terdapat hal-hal yang menjadi suatu
kebiasaan. Kebiasaan ini terjadi karena adanya suatu perkumpulan antar satu
dengan yang lain. Hal ini terjadi karena adanya perasaan tidak enak yang muncul
pada satu individu, yang dibawa pada satu golongan atau kelompok.
Di kalangan masyarakat ini sering dianggap biasa, kebiasaan ini
biasa disebut bisik bisik tetangga, hal ini adalah salah satu penyakit yang tidak
bisa di hapus dengan mudah, karena ini sudah menjadi tabi’at yang menyebar di
kalangan masyarakat.
Itu adalah salah satu penyakit hati yang ada dalam masyarakat,
untuk itu kami mengangkat judul “penyakit
hati dan obatnya” agar masyarakat tidak lagi bernaung pada kebiasaan buruk
tersebut.
2.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan penyakit hati?
2.
Apa saja Macam-macam
penyakit hati ?
3.
Apa saja upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menyembuhkan
penyakit hati?
3.
Tujuan Penulisan
a.
Mengetahui apa yang dimaksud dari pengertian penyakit hati.
b.
Mengetahui macam-macam
penyakit hati.
c.
Mengetahui apa saja upaya-upaya yang harus dilakukan untuk
menyembuhkan penyakit hati.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian penyakit hati
Penyakit hati adalah perasaan tidak enak yang ada dalam diri
manusia sehingga menyebabkan hatinya merasa tidak tenang, gelisah dan waswas.
Perasaan tidak enak itu tidak seperti virus yang menyerang komputer.Ia muncul
karena ada sesuatu yang tidak beres didalam hati dan pikiran manusia. Tidak
peduli laki-perempuan, tua-muda, besar-kecil, maupun kaya-miskin.
Jika pikiran dan hati manusia itu telah diserang oleh virus yang
bisa membahayakan iman-islam tersebut, maka sulit bagi manusia untuk mengendalikannya,
apalagi untuk menghilangkannya. Sebab, sekali ia telah menempel di dalam
hati dan pikiran manusia. Semakin sulit bagi manusia untuk menghalau proses
penyebarannya.[1]
B.
Macam-macam penyakit hati
1.
Sombong atau Takabbur
Adalah salah satu penyakit hati yang dibenci oleh Allah SWT.
Seperti yang tersirat dalam surat Al-Qur’an seperti berikut ini:
كذ لك يطبع الله على كل قلب متكبر جبا ر
Artinya :“Masuklah
kamu ke pintu-pintu neraka Jahannam, sedang kamu kekal di dalamnya. Maka itulah
seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong .” [Al Mu’min:
76].[2]
وَلًا تًمْش فى الارض مرحا انك لن تحرق الارض
ولن تبلغ الجبال طولا
Artinya : “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan
sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” [Al
Israa’: 37]
2.
Hasud (iri, dengki)
Orang yang iri dan dengki selalu merasa susah bila
melihat orang lain senang, orang yang memeiliki sifat iri dan dengki
biasanya akan mencelakakan orang yang
dia dengki dengan lisan, tulisan, dan perbuatannya. Dalam al-qur’an sudah
tertera sabagai berikut :
ولاتتمنوا ما
فضل الله به بعضكم على بعض للرجل نصيب مما اكتسبن وسئلوا الله من فضله ان
الله كان بكل شيء علىما
Artinya “Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan
Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena)
bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi
para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah
kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” [An
Nisaa’: 32]
3. Riya
(pamer)
Riya adalah
orang yang beribadah atau berbuat kebaikan dengan maksud pamer kepada orang
lain, agar orang mengira dan memujinya sebagai orang yang baik hati atau
rajin/gemar beribadah dan berbuat kebajikan. Ciri-ciri riya yakni apabila di
hadapan orang dia giat tapi bila sendirian dia malas, dan selalu ingin mendapat
pujian dalam segala urusan. Seperti yang tertera dalam Al-Qur’an sebagai
berikut:
يايها الذين امنوا لاتبتلوا صد قتكم بالمن والاذى
كاللذى ينفق ما له رئاء الناس ولا يؤ منون بالله واليوم الاخر فمثله كمثل صفوان
عليه تراب فاصابه وابل فتركه صلدا لا يقدرون على شيء مما كسبوا والله لا يهدى
القوم الكفرين
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia” [QS. Al-Baqarah: 264].
4.
Bakhil atau
kikir
Bakhil atau
Kikir termasuk salah satu penyakit hati karena terlalu cinta pada harta
sehingga tidak mau berbagi dan bersedekah kepada orang lain.
seperti firman Allah SWT:
ولا يحسبن الدين يبخلوان بما اتهم الله من فضله
هوا خيرا لهم بل هو شر لهم سيطوقون ما بخلوا به يوم القيمة ولله ميراث السموت
والارض والله بما تعملون خبير
Artinya: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
[Ali ‘Imran 180].
5.
Ujub (takjub akan dirisendiri)
Ujub adalah
berbangga diri. sebetulnya rasa bangga itu tidak dilarang, semua orang berhak memiliki rasa bangga. Misalnya, rasa
bangga menjadi bangsa indonesia. Banggga karena dapat membantu aparat keamanan
menangkap penjahat, bangga karena berhasil naik kelas, aku bangga bisa meraih
prestasi.
Tanpa disadari
rasa bangga telah mengalami perubahan menjadi rasa “ujub”berbangga diri
atau sombong (takabur), dan akhlak yang tidak terpuji.[3]
C.
Obat penyakit hati
Perilaku tersebut diatas dapat dijadikan
indikator awal akan adanya penyakit pada hati seseorang. Meskipun demikian,
kita dapat menyembuhkan hati yang sakit tersebut dengan beberapa cara. Hal ini
untuk mempertahankan keimanan yang ada dalam hati kita.
Rosulullah saw menggambarkan dalam salah satu
sabda Beliau bahwa keimanan seorang hamba diibaratkan sebagai pakaian yang
dibutuhkan untuk diperbaharui setiap saat. Beliau saw juga menggambarkan
keimanan ibarat menatap bulan, terkadang bercahaya terkadang gelap, manakala
bulan tersebut tertutup oleh awan maka hilanglah sinar dari rembulan tersebut,
ketika gumpalan-gumpalan awan menghilang maka nampak kembali cahaya bulan
tersebut.
Juga sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw :
“Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran
hendaklah dia mengubah dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan
lisannya, jika tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian adalah selemah-lemah
iman.” (HR. Bukhari)
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan seorang
muslim sebagai upaya penyembuhan penyakit hati yang dideritanya:
1. Membaca dan
menyimak Al Qur’an
Allah SWT telah memastikan bahwa al-Qur’an
adalah penawar dari penyakit, penerang dan cahaya bagi hamba Allah yang
dikehendaki-Nya. Firman Allah SWT :
وننزل من القران ما هو
شفاء ورحمة المؤ منين ولا يزيذ الضالمين الا خسارا
Artinya:
“Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan al-Quran itu
tidaklah menanmbah kepada orang-0orang yang dzalim selain kerugoian. (QS.
al-Isra’ : 82)
2. Merasakan
keagungan Allah SWT
Banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang
mengungkap tentang keagungan Allah. Jika seorang muslim memperhatikan nash-nash
tersebut, niscaya akan bergetar hatinya dan jiwanya akan tunduk kepada Dzat
yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui sebagaimana firman Allah :
وعنده مفاتح الغيب لايعلمها الاهوا ويعلموما في
البر والبحر وما تسقت من ورقه الا يعلمها ولاحبة في ظلمت الارض ولا رطب ولا يابس
الا في كتب مبين
Artinya
: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang
mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan
di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh).” (QS. al-An’am: 59)
`3. Mencari dan
mempelajari ilmu agama
Yaitu ilmu yang bisa menghasilkan rasa takut
kepada Allah SWT dan menambah nilai keimanannya. Tidak akan sama keadaan orang
yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui.
4. Banyak berdzikir
Dengan berdzikir kepada Allah SWT keimanan
bertambah, rahmat Allah datang, hati tenteram, para malaikat datang
mengelilingi mereka, dosa-dosa terampuni. Rosulullah saw bersabda:
“Demi Dzat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya,
andaikata kamu tetap seperti keadaanmu di sisiku dan di dalam berdzikir, tentu
para malaikat akan menyalami kamu di atas tempat tidurmu dan tatkala dalam
perjalanan.” (HR. Muslim).
5. Memperbanyak amal
sholeh
Banyak hal yang dapat dilakukan sebagai awal
amal sholeh bagi kita seprti bersedekah, memperbiki cara solat kita, menambah
solat sunnah dan sebagainya. Sedangkan bentuk dan cara memperbanyak amal sholeh
diantaranya adalah:
• Sesegera mungkin melaksanakan amal sholih
• Melaksanakan amal sholih secara terus-menerus
• Tidak gampang bosan dan capek dalam
melaksanakannya
• Mengulang beberapa amal sholih yang
terlupakan
• Senantiasa berharap apa yang dilakukannya
diterima oleh Allah SWT
6. Rajin melakukan
ibadah
Di antara rahmat Allah SWT ialah dengan
diberikan-Nya beberapa macam peribadatan, sebagiannya berbentuk fisik seperti
sholat, sebagiannya berbentuk materi seperti zakat, sebagiannya berbentuk lisan
seperti dzikir dan do’a. Bahkan satu jenis ibadah bisa dibagi kepada wajib,
sunnah, dan anjuran. Yang wajib pun terkadang terbagi kepada beberapa bagian.
Berbagai jenis ibadah ini memungkinkan untuk dijadikan sebagai penyembuh dari
penyakit hati atau lemahnya keimanan.[4]
7. Banyak mengingat mati
Sayyidina Ali bin Abi thalib mengungkapkan:
‘Sesungguhnya kematian terus mendekati kita,
dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan
janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal
dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.’[5]
Ungakapan
Sayyidina Ali ini mengingatkan kita bahwa manusia itu harus selalu siap siaga,
selalu memperbaiki keadaannya, memperbaharui taubatnya, dan harus mengetahui
bahwa dia sedang berhubungan dengan Rabb Yang Maha mulia, kuat, agung, dan
baik.
Diantara
cara yang efektif untuk mengingatkan seseorang terhadap kematian ialah dengan
berziarah kubur, mengunjungi orang sakit, mengiringkan jenazah, dan lain-lain.
8. Selalu ingat akan
tibanya hari akhir
Dengan mengingat akan tibanya hari
akhir sekaligus juga akan mengingatkan kita terhadap Allah SWT. Jika kita sudah
tafakkur tentang hal itu maka otomatis kita akan menjauhkan diri dari apa yang
dibenci oleh-Nya. Karena, kita sedang mengingat Allah, tidak mungkin jika kita
akan berperilaku yang tidak baik jika kita mengingat akan kehadiran Allah SWT.
9. Menelaah
firman-firman Allah SWT yang terkait dengan peristiwa alam
Firman Allah SWT:
اللَّهُ الَّذِي
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَابَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ مَا لَكُمْ مِنْدُونِهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا شَفِيعٍ
أَفَلَا تَتَذَكَّرُونَ
Artinya : “Allah-lah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya dalam
waktu enam hari, kemudian dia bersemayam di atas Arsy.Kamu semua tidak memiliki
seorang penolong dan pemberi syafaat pun selain diri-Nya. Lalu, apakah kamu
tidak memperhatikannya ?”
Dari ayat di atas Allah SWT
menyebutkan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa (sittati ayyaamin)
selanjutnya para mufasir bersepakat dalam menafsirkan ayat ini, bahwa yang
disebut dengan (sittati ayyaamin) adalah enam tahapan atau proses bukan
enam hari sebagaimana mengartikan kata ayyaamin.[6]
10. Bermunajat dan
pasrah kepada Allah SWT
Kita hidup dalam dunia ini hendaknya
kita memperbanyak amal ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melaksanakan semua yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. yakni Tidak banyak memikirkan hal-
hal tentang keduniawian, sehingga mengakibatkan
kita mengharapkan dunia.
Jika kita terlalu mengharap pada
keduniawian, maka sekaligus kita mengharapkan imbalan dari apa yang telah kita
perbuat, semuanya akan berujung pada hasil ataupun upah bukan pada keikhlasan,
maka dari itu mengobati penyakit hati ini hendaklah kita tidak terlalu mengharapkan dunia meski nyatanya dunia ini
kita butuhkan.
11. Banyak melakukan
ibadah hati
Nilai sejati suatu ibadah tidak dinilai dari
semata-mata aktivitas fisik saja, namun juga dinilai dari hati yang disebut
dengan ibadah hati. Ibadah hati juga biasa disebut dengan ibadah parameter. Parameter “hati” merupakan
wujud lain dari “keberesan” hubungan seorang hamba dengan Rabbnya. Sebuah
parameter maya, namun justru merupakan ruh dari ibadah itu sendiri. Kekhusyukan
dalam shalat, keikhlasan dalam berinfak dan dalam ibadah-ibadah lain, adalah
indikasi dari nilai “kehadiran” hati tersebut.[7]
12. Berdo’a kepada
allah SWT agar dijaga keimanan kita
Sabda Nabi Muhammad SAW:”jagalah
Allah,niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.jika engkau hendak meminta, mintalah
kepada Allah ,dan jika engkau hendak memohon pertolongan,mohonlah kepada Allah”[HR.
At-Tirmidzi][8]
Dari hadis diatas Ibnu
Rajab berpendapat, bahwa penjagaan Allah mengandung dua unsur:
Pertama, Allah akan menjaga
hamba-Nya yang saleh dengan memenuhi kebutuhan dunianya, seperti terjaga badan,
anak, keluarga, dan hartanya.
Kedua, Allah akan menjaga agama dan iman
orang yang saleh, inilah penjagaan yang paling agung dan mulia. Hamba itu
terjaga dari perkara syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat
yang diharamkan.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyakit hati adalah suatu perasaan
tidak enak yang ada dalam diri manusia sehingga menyebabkan hatinya merasa
tidak tenang, gelisah dan waswas. Penyakit hati adalah sesuatu penyakit yang
sangat berbahaya bagi kita karena penyakit hati ini membuat kita melakukan
perbuatan-perbuatan buruk. Terdapat berbagai macam penyakit hati yang biasa
melanda hati seseorang seperti sombong, hasud, bakhil atau kikir, riya dan ujub. Karena itulah di butuhkan cara
untuk menyembuhkan penyakit hati agar kita kembali kepada jalan kebaikan
seperti membaca dan menyimak Al-quran, merasakan keagungan Allah SWT, mencari
dan mempelajari ilmu agama, banyak berdzikir, memperbanyak amal sholeh, rajin
melakukan ibadah, banyak mengingat mati dan sebagainya.
B.
Saran
Karena banyaknya orang yang memiliki
penyakit hati sebaiknya kita terus tawakal kepada Allah SWT agar kita terhindar
dari penyakit hati ini. Hendaklah kita menjauhinya dengan cara memperbanyak
membaca Al-quran, mempelajari ilmu agama, memperbanyak dzikir, dan memperbanyak
melakukan amal sholeh.
Dan hal yang paling tepenting adalah
kesadaran terhadap diri sendiri atau yang biasa diseut dengan introspeksi diri.
Karena hal itu akan memungkinkan kita untuk menjauhi hal-hal yang sudah menjadi
pnyakit di dalam hati kita masing-masing.
Daftar Pustaka
Al Ghazali, Mengobati Penyakit Hati. Karisma,
Bandung.1997
Ahmad Barozi dan Abu Azka Fathin mazayasyah, Penyakit hati & penyembuhannya, (yogyakarta : Darul
hikmah, 2008)
Syaikh
al-Albani, silsilah hadis shahih,
Pustaka Imam Asy Syafi’i
https://kajian.afahrurroji.net/hikmah-selalu-mengingat-kematian/html.Diakses pada
30 September 2017
T.Djamaluddin, Menjelajahi
keluasan Langit Menembus Kedalaman Al-Qur’an, khazanah
Intelektual.2006.Bandung
Amru Muhammad Hilmi Khalid,
Ibadah sepenuh hati, jakarta, Aqwam, 2016
Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahan,
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Penafsiran Al-qur’an, Departemen Agama RI.,
Jakarta, 1978
Ibnu Rajab, Adur Rahman. (1429 H). Jami’ul ‘Ulum wal
Hikam. Arab Saudi: Dar Ibnul Jauzi.
[1] Ahmad Barozi dan Abu Azka Fathin mazayasyah, Penyakit hati & penyembuhannya, (yogyakarta : Darul
hikmah, 2008) hlm 21.
[3] Ahmad Barozi dan Abu Azka Fathin mazayasyah, Penyakit hati & penyembuhannya, (yogyakarta : Darul
hikmah, 2008) hlm 162.
[6] T.Djamaluddin, Menjelajahi Keluasaan
Langit Menembus Kedalaman Al-Qur’an, khazanah intelektual, 2006, Bandung,
hal 9
[7] Amru Muhammad Hilmi Khalid,
ibadah sepenuh hati, Aqwam 2016 hlm 11
[9] Ibnu Rajab, Adur Rahman, jami’ul
‘Ulum wal Hikam, 1470, Arab saudi,1429 H