Karya Tulis Lepas : Tasawuf Positif dalam Perjalanan Spiritual Seseorang
Nama : Moh.
Lutfi Alfan
Kelas : PBS E
NIM :
20170703021134
TASAWUF POSITIF DALAM PERJALANAN SPIRITUAL
SESEORANG
Tasawuf Positif adalah sebuah pemahaman atas tasawuf yang berupaya
mendapatkan manfaat dari segala kelebihan dalam hal pemikiran dan disiplin yang
ditawarkannya seraya menghindari ekses-eksesnya, sebagaimana yang terungkap
dalam sejarah agama islam. Selain itu, betapa diembel-embelnya kata positif
dalam tasawuf. Tasawuf itu tetap mempromosikan konsep Allah dalam dua
perwujudan, yakni perwujudan keindahan dan cinta ( Jamal ) disamping perwujudan
keagungan dan kedahsyatan ( Jalal ).
Mendengar kata tasawuf , yang tebetik dalam benak kita adalah sesuatu
yang berat, sesuatu yang pastinya tidak terjangkau oleh akal awam kita.
Berpakaian serba putih, memelihara rambut panjang, menjauhi kehidupan dunia,
hidup dalam kekurangan ekonomi, berpakaian serba apa adanya dan biasa saja.
Semua gambaran itulah yang kerab dimunculkan saat kebanyakan orang mendengar
kata tasawuf, sufi, atau pelaku sufi.
Lalu bagaimana dengan pengalaman spiritual seseorang yang merasa dekat
dengan Allah SWT. sehingga mereka mengaku bertemu dengan sosok malaikat Jibril,
mengaku mendapat wahyu dan hal-hal gaib. Itu adalah pengalaman yang pastinya
tidak mungkin dialami oleh mayoritas umat islam. Apakah dia sufi dan
merupakanhasil dari menekuni tasawuf? Untuk menjawab pertanyaaan itu, Haidar
Bakir telah membahasnya dalam sebuah buku kecil yang mudah dibawa kemana-mana
atau bisa disebut juga Buku Saku.
Haidar juga megampanyekan sebuah tasawuf yang insyaallah positif dan
mungkin saja berdampak nyata dalam kehidupan para tasawuf dalam kehidupan
sehari-hari. Pemahaman sebenarnya yang berdampak positif, akan melahirkan seorang
sufi yang berakhlak baik dan juga memberikan contoh mengenai banyaknya
pengalaman spiritual Lia Aminuddin yang
mengaku sebagai Imam Mahdi. Soalnya seringnya Lia Aminuddin bercengkrama dengan
malaikat Jibril. Menurut haidar hanya dia Rabb-Nya yang tau. Yang lebih penting
buku ini mempertanyakan “apakah semua penapain spiritual itu, sehingga membuat
Lia Aminuddin menjadi seseorang yang sangat concern dengan kaum dhuafa dan kaum
mustad afin atau tidak?”.
Ini masih ditambah lagi dengan pertanyaan-pertanyaan
ganjil dan nyeleneh yang sering kali sulit untuk kita pahami dan terkesan
melanggar keyakinan umum umat islam. Seperti apa yang diucapkan Al Hajjaj dan
Ba Yazid Al Busthami, misalnya “akulah sang kebenaran ( Ana Al Haqq )”. Tak ada
apapun dalam jubah yang dipakai oleh Busthami selain Allah SWT.
Dalam penjelasan diatas Tasawuf dapat juga dapat diartikan sebagai
tasawaf yang sejati, yang dimulai dengan membangun manusia dari mimpi kehidupan
dunia yang sebenarnya hanya hayalan belaka dan mengingatkan pada kenyataan
bahwa dalam tujuan inti penciptaan dunia wujud, telah digariskan bahwa diri
selalu bergerak dalam arah kebaikan dan penyempurnaan. Jalan tasawuf ini adalah
memulai “kehidupan yang nyata”, tujuannya adalah keterserapan kedalam
kesempurnaan mutlak dan puncaknya adalah perjumpaan dengan Sang Maha Pencipta.
Tasawuf ini sama sekali tak mengabaikan dunia wujud, baik yang berkaitan dengan
manusia ataupun makhluk lainnya. Tetapi, tasawuf ini bermaksud memurnikan dan
menjernihkan seluruh dunia dengan suatu ilahiah dan memancarkan cahaya ilahi
kepada setaip lekuk dan liku dunia.