Karya Tulis Lepas : Hubungan Tasawuf dengan Ilmu Kalam



Nama  : Yulia Agustin
Prodi   : Perbankan Syari’ah

HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU KALAM

Salah satu kajian pokok ilmu kalam adalah masalah ketuhanan yaitu bidang yang sangat pokok dalam agama islam. Dalam dunia filsafat, masalah ketuhanan juga menjadi objek kajian yang utama, hanya saja metode yang dipakai para filosof dalam menjelaskan adanya Tuhan adalah metode rasional murni, sedangkan ulama kalam menggunakan metode naqliyah (berdasarkan dalil-dalil Al-Quran dan hadis Nabi), tetapi tidak mengesampingkan dalil-dalil aqliyah (metode rasional). Penggunaan metode rasional (dalil aqliyah) adalah salah satu usaha untuk menghindari keyakinan yang didasarkan atas taqlid, karena iman yang diperoleh secara taqlid akan mudah terkena sikap ragu-ragu dan mudah goyah apabila berhadapan dengan hujjah yang kuat dan lebih mapan, karena itu ulama sepakat melarang adanya sikap taqlid di dalam beriman. Orang harus melakukan penalaran dengan memakai dalil naqliyah dan dalil aqliyah.
Ilmu kalam menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’, Bashar, Kalam, Iradah, Qudrah, Hayat, dan sebagainya. Namun, ilmu kalam tidak menjelaskan bagaimana seorang hamba dapat merasakan langsung bahwa Allah mendengar dan melihatnya, bagaimana pula perasaan hati seseorang ketika membaca Al-Quran, bagaimana seseorang merasa bahwa segala sesuatu yang tercipta merupakan pengaruh dan kehendak dari kekuasaan Allah, dan seterusnya. Nah, maka dari itu, diperlukannya ilmu tasawuf sebagai pelengkap dari ilmu kalam, karena kajian pokok ilmu tasawuf membicarakan tentang penghayatan sampai pada penanaman kejiwaan manusia. Oleh karena itu, ilmu kalam jika dibiarkan tidak bersentuhan dengan ilmu tasawuf, maka akan terasa kering, bagaikan sayur tanpa garam akan terasa hambar.
Dalam pembahasan ilmu kalam, ditemukan masalah iman dan definisinya, kemunafikan dan batasannya, serta kekufuran dan manifestasinya. Sementara dalam ilmu tasawuf, ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketenteraman.
Ilmu tasawuf harus berjalan bersama dengan ilmu kalam. Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam pemahaman kalam. Selain itu, ilmu tasawuf memiliki fungsi yang lain, diantaranya yaitu: sebagai penyeimbang di saat ilmu kalam kaya akan argumentasi naqliyah dan aqliyah, namun kering dengan kebijaksanaan dan kearifan. Maksudnya adalah jika ada suatu perdebatan yang saling mempertahankan argumentasi rasionalnya dengan sekuat tenaga, tanpa menghiraukan argumentasi yang lain. Maka, di sinilah tasawuf harus dihadirkan dalam rangka melerai untuk memberikan sentuhan ruhani dengan berpegang teguh pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT. Berfungsi sebagai pengendali ilmu kalam. Maksudnya adalah jika ada penyimpangan atau penyelewengan terhadap suatu kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Sunnah, maka tasawuf akan menjadi pengendali dari ilmu kalam yang kebablasan tersebut. Bergungsi sebagai pemberi siraman ruhaniah dalam perdebatan-perdebatan kalam. Maksudnya adalah sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional di samping muatan naqliyah, ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih bebas. Di sinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan dan siraman ruhaniah sehingga ilmu kalam tidak hanya terkesan sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan hati, tetapi juga belajar menghayati akan kehadiran Tuhan dalam hatinya.
            Dengan demikian, antara kalam dan tasawuf adalah dua sisi mata uang yang apabila salah satu ditinggalkan maka nilai keutuhan dari sebuah kesatuan akan hilang. Ibarat sepatu, kalam adalah sepatu sebelah kiri, sedangkan tasawuf adalah sepatu sebelah kanan. Jika salah satu sepatu hilang, maka sepatu tersebut tidak akan bisa digunakan, karena keduanya saling dibutuhkan oleh kaki. Sama halnya dengan kehidupan, keduanya harus saling keterkaitan satu sama lain. Dalam kajian islam, tasawuf dan kalam harus berjalan secara beriringan, bahkan harus menjadi basis dan ruh kajian ilmu-ilmu keislaman lainnya. Ilmu kalam merupakan jenjang pertama dalam pendakian menuju Allah (pendakian para kaum sufi). Sedangkan dalam ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu kalam terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi akan lebih dinamis dan aplikatif.

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH : Tasawuf Falsafi (Revisi)

REVISI MAKALAH : Tasawuf Irfani (Konsep dan Tokohnya)

REVISI MAKALAH : Tasawuf di Indonesia dan Tokohnya